Munafik

Orang munafik selalu berkata yang tidak sesuai dengan apa yang diyakini dan dilakukan. (Pinterest)

Disclaimer: 
Tulisan ini tidak bermaksud menuduh seseorang atau kelompok secara khusus, akan tetapi lebih merupakan peringatan secara umum. 

Dalam Al-Qur’an terminologi munafik ditujukan pada sifat dan kondisi yang bermacam-macam. Salah satunya adalah mereka yang secara zahir telah menunjukkan keimanan, akan tetapi secara batin masih terbersit keraguan atas risalah nubuwwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. 

Ketika menjelaskan Q.S. Al-Ma’arij ayat 36 – 37, Fakhruddin Ar-Razi mengutip pendapat dari Abu Muslim yang mengatakan bahwa secara zahir ayat tersebut berbicara tentang karakteristik orang munafik, yang mana mereka hidup di sekitar Rasul saw, duduk dalam majelis beliau, dan mengikuti ceramahnya dengan saksama. 

Secara luaran mereka mengaku beriman, tapi secara batin, mereka menolak risalah kenabian. Bahkan mereka menjadikan hal itu sebagai olokan dan candaan di warung kopi. 

Allah swt merespons fenomena ini dengan ayat lainnya dalam Q.S. Ali-Maidah ayat 41 yang berbunyi,

Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman; …

Orang-orang munafik berkumpul dan bergaul dengan orang-orang beriman. Mereka berpakaian seperti halnya orang beriman, melaksanakan shalat, berpuasa, dan merayakan kemenangan di dua hari raya umat Islam. 

Secara kasat mata, tidak ada yang bisa membantah bahwa mereka memang termasuk golongan orang beriman. Namun, apabila kita melihat lebih jeli lagi, dalam perilaku mereka terdapat kebencian mendalam terhadap risalah agama Islam. Pada zaman Nabi saw, mereka berkumpul dalam majelis keilmuan Rasul, mendengarkan ceramah Rasul dengan rutin dan saksama. Tapi di sisi lain, mereka mencemooh dan mengejeknya

Ketika Rasul saw berbicara tentang konsep surga dan syarat-syarat yang harus ditempuh untuk mencapainya, mereka tertawa. Mereka berujar, kalaupun surga itu ada, maka mereka yang akan pertama kali memasukinya, sebelum umat Nabi Muhammad. 

Kalaulah mungkin kita membandingkan fenomena tersebut dengan apa yang kita lihat sekarang, maka akan terlihat relevansinya. Dewasa ini, banyak orang mengaku beriman; mereka shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan pergi ke baitullah, tapi sikap mereka menentang ajaran Islam disebarkan di muka bumi. 

Mereka mengolok-olok konsep-konsep dasar ajaran Islam. Ketika Islam mengajarkan konsep surga dan neraka, misalnya, salah satu dari mereka mengatakan, “Lebih baik saya masuk neraka, di sana saya akan bertemu dengan artis-artis Hollywood yang kemungkinan besar masuk neraka.” 

Sebagian lain berkata, “Memang surga itu ada? Memang di surga ada bidadari? Kalau memang ada, tentu lebih cantik dengan bidadari yang ada di dunia sekarang!” 

Na’udzubillah. 

Orang-orang munafik ini, enggan konsep-konsep Islam ada di ruang publik. Mereka menolak negara memastikan bahwa umat Islam mendapatkan haknya untuk memakan makanan halal. Mereka melihat ketika negara mengurus haji, perayaan ibadah, membangun sarana ibadah dan madrasah dan kebijakan-kebijakan yang merawat eksistensi agama, mereka berkata, “Sangat tidak elok bagi pemerintah menggunakan pajak untuk membiayai kegiatan-kegiatan keagamaan. Saya merasa rugi membayar pajak ketika digunakan untuk hal-hal seperti ini!” 

Tatkala negara memakmurkan ajaran dan tradisi Islam mereka bilang, “Pemerintah kok aneh. Agama lokal dibiarkan, sedangkan agama impor (Islam) dirawat dan disebarkan,” 

Ya, mereka shalat, tapi sangat membenci ketika ajaran agama Islam menyebar di muka bumi, dan menjadikan konsep-konsep dasar agama Islam (yang bagi mereka tidak masuk akal) sebagai bahan olokan. 

Saya menjadi teringat ucapan Kiai saya yang mengatakan, “Segala sesuatu yang dilakukan dengan meninggalkan agama adalah proses pemurtadan parsial yang berujung pada permurtadan total,” Wallahu a’lam. Na’udzubillah. 

Semoga Allah swt melindungi kita dari karakter orang-orang munafik ini. []