TUHAN tidak pernah meminta kita menang, tapi menyuruh kita untuk berjuang; menggunakan semua sumber daya yang kita punya untuk meraih apa yang hendak dicapai.
Tentu, ini tidak untuk dijadikan apologi bagi kekalahan yang terus menerus kita dapatkan, sehingga kita lengah untuk melakukan evaluasi. Bagian akhir dari perjuangan yaitu evaluasi program adalah salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dari usaha kita untuk meraih tujuan-tujuan perjuangan.
Untuk itulah, dalam hal ini, Islam memiliki konsep tawakal, di mana setelah kita melakukan semua hal yang menjadi domain kita, maka kembalikanlah semuanya kepada Tuhan; biar Dia yang “memainkan” hasilnya.
Maka, jangan pernah memarahi anak-anak karena mereka tidak menang, tapi fasilitasi mereka untuk menggunakan semua sumber daya untuk berhasil. Jika menang, apresiasi mereka. Apabila kalah, hiburlah mereka. Jadikan momen ini untuk menanamkan ajaran tauhid, bahwa domain hasil hanyalah milik Sang Pencipta.
Konsep Islam tentang ikhtiar dan tawakal ini adalah sebuah bentuk keseimbangan yang dimiliki oleh agama mulia ini. Kita tidak terjebak pada pengkultusan kekuatan manusia secara membabi buta, akan tetapi tidak juga jatuh pada penafian kemampuan manusia untuk hidup di atas kaki mereka sendiri.
Dengan pemahaman ini manusia akan tetap berikhtiar tanpa dihantui oleh kecemasan; mereka tidak akan pernah bersedih atau terlalu senang dengan apapun hasil yang didapat, karena keyakinan yang sangat kuat bahwa urusan mereka hanyalah berusaha, sedangkan masalah hasil itu dikembalikan kepada Sang Maha Kuasa.
Maka, berjuanglah mati-matian untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tapi tetaplah waras bahwa perkara hasil bukanlah dalam kuasa kita.
Tabik!
Inspirasi Ayat: Q.S. Nuh 5-6